SELAMAT DATANG

Beginning from Beginner

Jumat, 18 Februari 2011

I-PAD, TEMAN SETIAKU

Posted by STARS-KUDUS On 00.26 0 komentar

Semenjak Steve Jobs kembali ke Apple Computer -perusahaan yang didirikannya secara patungan bersama Steve Wozniak di era 70-an-, ia telah menelurkan banyak inovasi yang bukan hanya inovatif, tapi juga mampu menyetir arah trend industri komputer. Resepnya serderhana: desain simpel nan menarik serta fungsionalitas yang terbatas tapi tepat guna. Produk buatan Apple, mulai dari iMac (1998) hingga iPhone menganut filosofi serupa, yang telah terbukti efektif selama ini.

Terakhir, sekitar setahun lalu, Apple Computer membuat geger dunia IT dengan menelurkan iPad, sebuah perangkat yang tampak seperti komputer masa depan dari film fiksi ilmiah. Sebenarnya Apple bukan yang pertama kali muncul dengan ide komputer tablet, karena konsep sejenis sudah pernah dikemukakan sebelumnya lewat Ultra Mobile PC (UMPC) di permulaan dekade 2000-an. Meskipun bukan yang pertama, (sekali lagi) Apple terbukti sukses besar. Gadget besutan mereka ini laris manis walau sebelumnya sempat dipandang sinis oleh beberapa kalangan.
Dalam hati, mereka yang belum pernah menggunakan iPad mungkin bertanya-tanya, “Apa sih gunanya iPad ini?”. Nah, pepatah “tak kenal maka tak sayang” juga berlaku di dunia komputer. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya mencoba melibatkan iPad dalam kehidupan pribadi saya, mulai dari aktivitas di kantor, dalam perjalanan, maupun ketika bersantai di rumah. Setelah lebih jauh mengenal perangkat ini, ternyata pandangan awal saya yang sedikit skeptis terhadap iPad menjadi berubah. Berikut ini hasil penjelajahan saya!

Apple iPad: Kesan Pertama Begitu Menggoda, Selanjutnya…?

Cerita saya bermula ketika sebuah iPad mendarat di meja kerja di rumah. Begitu melihatnya, rasa penasaran langsung menyergap. Terus terang saja, walaupun memiliki sebuah iPod touch dan pernah mencoba menggunakan iPhone, saya sama sekali belum familiar dengan komputer tablet bernama iPad. Maklum, harganya yang relatif mahal menjauhkan perangkat ini dari jangkauan saya. Begitu membuka kotak kemasannya yang terlihat sederhana dengan tema warna putih, saya dibuat terkesima oleh apa yang saya temukan di dalamnya.
Kotak kemasan Apple iPad terlihat simpel dengan tema warna putih dan gambar iPad berukuran besar di bagian depannya


Ini dia benda indah bernama iPad. Dengan permukaan layar yang hitam mengkilap (glossy) serta tubuh bagian belakang yang terbuat dari lempengan aluminum, iPad tampak cantik dilihat dari sudut manapun
Rupanya iPad yang saya dapatkan adalah “versi demo” dengan hanya 16 GB memori internal dan koneksi WiFi, tanpa 3G. Di pasaran, iPad versi ini adalah yang paling terjangkau dengan kisaran harga “hanya” 4 jutaan rupiah
Sekilas, iPad tampak seperti sebuah iPhone berukuran besar. Selain desain fisik kedua perangkat tersebut yang bagaikan pinang dibelah dua, OS merekapun (iOS) dilengkapi user interface yang serupa.
Selain unit tablet utamanya, tidak banyak terdapat perlengkapan lain di dalam kemasan iPad. Saya hanya menemukan adaptor beserta kabel USB yang diperlukan untuk mengisi baterai perangkat ini. iPad mampu bertahan hidup hingga 10 jam dengan baterai penuh. Selain itu, juga terdapat panduan singkat multi-bahasa dalam bentuk leaflet.


Inilah unit adaptor iPad. Listrik disalurkan ke iPad melalui port USB yang terdapat di bagian belakang. Karena proses charging dilakukan dengan menggunakan interface USB, Anda dapat pula mengisi baterai iPad melalui port USB. Akan tetapi, hanya port USB yang mampu menyalurkan listrik sebesar paling tidak 1000 mA (1000 mA x 5 volt = 5 watt) seperti yang terdapat pada beberapa motherboard keluaran terbaru saja yang dapat digunakan untuk mengisi baterai iPad. Kebanyakan port USB yang hanya bisa menyediakan arus listrik sebesar 500 mA (500 mA x 5 volt = hanya 2,5 watt) sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk men-charge perangkat ini.
Apple iPad: Bersantai di Rumah

Unit iPad yang saya terima datang dalam keadaan baterai sudah terisi. Karena itu, tanpa membuang banyak waktu lagi, saya segera menyalakan perangkat ini. Dengan satu sapuan ringan di layar untuk membuka kunci interface (unlock), perangkat tablet dengan touchscreen inipun siap digunakan.
Saat pertama kali menggunakannya, saya dibuat terkesan dengan kesederhanaan user interface iPad yang –sekali lagi- mirip dengan yang dipakai di iPhone karena kedua perangkat tersebut memang menggunakan OS yang kurang lebih serupa (iOS). Keserderhanaan ini membuat iPad relatif mudah digunakan. Icon-icon aplikasi berderet rapi di layar dan saya cukup menyapukan jari untuk berpindah ke layar berikutnya yang menampung lebih banyak icon aplikasi. Rupanya, iPad “versi demo” ini sudah disesaki dengan berbagai macam software sehingga sempat membingungkan saya yang tidak mengenal fungsi masing-masingnya.
“Daripada bingung,” pikir saya, “Lebih baik mencoba salah satu fungsi utamanya terlebih dahulu: browsing internet!” Beruntung, saya memiliki jaringan Wireless-LAN aktif di rumah, sehingga ketiadaan fasilitas 3G pada unit iPad yang saya gunakan tidak menghambat saya.
Karena iPad berbentuk tablet yang mudah dipegang, saya memutuskan untuk menggunakannya sambil bersantai di sofa. Pertama-tama, posisi yang saya coba adalah duduk tegak dengan tangan kiri memegang iPad sementara jari-jari tangan kanan menjalankan interface browser Safari. Saat inilah saya menemukan satu kelemahan iPad. Walaupun cukup ringan dengan berat hanya sekitar 600 gram, lama-kelamaan iPad membuat pegal tangan kiri saya yang menopangnya. Apalagi, bagian belakang iPad yang terbuat dari aluminium cukup licin sehingga agak sulit dipegang dengan mantap. Seandainya terdapat sedikit lapisan karet di sini, tentu iPad akan lebih nyaman digunakan.
Memegang iPad sembari duduk di kursi atau sofa ternyata cukup membuat pegal
Saya mencoba berganti posisi, kali ini berbaring di sofa dengan tangan kiri tetap memegang iPad. Ternyata menggunakan iPad dengan posisi ini terasa lebih nyaman. Paling tidak, punggung tak terasa pegal karena bertumpu pada sofa. Alternatif lain, saya dapat berbaring di kasur dan menumpuk bantal sebagai sandaran punggung.

Nah, berbaring di sofa atau kasur terasa lebih nyaman
Soal browsing sendiri, Safari cukup nyaman digunakan sebagai penjelajah internet dan benar-benar memanfaatkan kemampuan touchsreen iPad. Navigasi di halaman-halaman web dilakukan dengan sentuhan atau sapuan pada layar. iPad pun mendukung feature multi-touch gesture untuk zoom in dan zoom out serta tabbed browsing. Browsing internet dengan iPad terasa sangat menyenangkan! Akan tetapi, perlu dicatat bahwa iPad memiliki kekurangan dalam hal dukungan animasi flash yang tidak tersedia. Animasi flash yang terdapat di banyak website tidak dapat disaksikan di iPad.
Pengalaman browsing yang menyenangkan itu, antara lain, diwujudkan oleh prosesor Apple A4 berkecepatan 1 GHz yang tertanam di dalamnya, yang membuat iPad terasa sangat responsif. Berbagai macam aktivitas seperti melihat-lihat foto, menonton video, browsing, sampai multi-tasking berjalan dengan lancar nyaris tanpa hambatan berarti. Tunggu dulu, multi-tasking? Tentu saja! Dengan iOS 4, Apple memasukkan feature ini ke dalam perangkat iPhone dan iPad mereka. Sekarang pengguna kedua perangkat tersebut dapat menjalankan lebih dari satu aplikasi secara bersamaan. Dalam praktek, feature ini terasa sangat berguna bagi saya yang senang mendengar musik sambil berselancar di internet. iPad menyediakan sebuah colokan jack audio 3,5mm yang dapat dipakai untuk memasang headphone. Akan tetapi, untuk saya pribadi, mendengarkan musik lewat headphone dari perangkat tablet selebar 10 inci terasa agak aneh.
Perlu saya sampaikan juga bahwa subsistem grafis iPad (dengan GPU PowerVR SGX) cukup mumpuni untuk ukuran sebuah tablet. Walaupun mungkin tidak sekencang solusi grafis lain yang tertanam di berbagai produk tablet pesaingnya, GPU Power VR SGX yang teritegrasi di chip A4 ini sanggup merender berbagai efek 3D yang cukup kompleks, seperti pada game Infinity Blade yang saya download secara khusus untuk melihat kemampuan grafisnya.
Dalam video di bawah ini, Anda dapat melihat ulasan singkat saya mengenai user interface iPad beserta feature serta aplikasi bawaan yang tertanam di dalamnya, seperti browser safari, aplikasi Twitter, YouTube, hingga game 3D Infinity Blade yang cukup seru dimainkan dengan layar touchscreen!
Bagaimana, menarik bukan? Satu hal yang tampak jelas dari video di atas adalah respons iPad yang luar biasa mulus sebagai sebuah gadget. iPad merespons semua input dari pengguna dengan cepat dan tanpa jeda berarti. Buat saya, kecepatan respons tersebut membuat iPad terasa menyenangkan untuk digunakan.
Tanpa sadar, saya telah menggunakan iPad selama berjam-jam sambil bermalas-malasan di tempat tidur. Ada cukup banyak hal yang dapat Anda lakukan dengan perangkat ini, mulai dari membaca e-book, browsing internet, hingga bermain game, tergantung dari aplikasi yang dapat Anda pilih di Apple AppStore. Kesemua aplikasi tersebut dioptimalisasi untuk interface touch-screen iPad sehingga mudah digunakan.
Sampai di sini, saya sudah bisa menyimpulkan satu hal: iPad merupakan teman yang menyenangkan di rumah! Sekarang, saatnya mengajak iPad berjalan-jalan keluar. Apakah gadget ini bisa pula menjadi teman yang mampu mengusir bosan di perjalanan?

0 komentar:

Posting Komentar